Retorika Dakwah

Mengenal Retorika

Komunikasi lisan yang disampaikan kepada sejumlah orang lazim disebut pidato atau retorika. Sebenarnya retorika memiliki pengertian yang lebih luas dari sekedar berbicara di depan public. Ketika kita berusaha mempengaruhi orang, maka pada saat itu kita telah memasuki kegiatan retorika. Dengan kata lain, retorika adalah seni mengatur komposisi kata-kata agar menimbulkan pengertian dan kesan menarik yang ditujukan untuk mempengaruhi /mengubah pendengar maupun pembaca. Menurut Plato, “retorika adalah kemampuan merebut jjiwa dengan kata-kata”. Dengan retorika yang baik, kata-kata bias berubah menjadi “dinamit yang mampu meluluhlantakan jiwa orang yang berkepala batu, merontokkan pendirian orang yang bertangan besi.

Dalam pengertian yang lebih sempit retorika adalah ilmu bicara. Yaitu ilmu yang mengajarkan bagaimana cara bicara yang baik sesuai dalam kehidupan kita karena dari seluruh kegiatan komunikasi, berbicara adalah jenis komunikasi yang paling sering dilakukan. Dan dalam pengertian yang lebih sempit lagi, retorika adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip persiapan, penyusunan dan penyampaian pidato untuk tujuan yang dikehendaki.

Segi Ada Tidaknya Persiapan

1. Impromptu : Pidato yang dilakukan tanpa persiapan atau dengan spontan. Misalnya ketika Anda menghadiri pesta ulang tahun, tiba-tiba Anda dipersilahkan memberi pidato sambutan.

2. Manuskrip : Pidato yang disampaikan dengan cara membaca naskah. Biasanya kita menemukan pidato ini pada pidato kenegaraan atau pada saat khutbah jum’at.

3. Memoriter : Pidato dengan cara menghafal lebih dulu naskah.

4. Ekstempore : Pidato yang sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi bukan hasil menghafal kata demi kata. Sebagai alat bantu biasanya menggunakan catatan berisi garis besar.

Berdasarkan Tujuan

1. Informatif : Pidato yang ditujukan untuk menyampaikan informasi agar mustami’ mengetahui dan memahami jelas tentang sesuatu.

2. Rekreasi : Pidato yang ditujukan untuk menghibur, membuat hadirin tertawa dan senang.

3. Edukatif : Pidato yang ditujukan untuk mendidik atau untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada khalayak.

4. Persuasif : Pidato untuk mempengaruhi sikap, pendapat, perilaku atau kepribadian.

Hal Penting bagi Pembicara :

1. Mempunyai minat

2. Keberanian Tampil

3. Kemampuan Menyampaikan

4. Vokal yang Baik

5. Penampilan yang Simpatik

Hal-hal yang Berkaitan dengan Materi

1. Mendapatkan Materi

- Membaca buku, Majalah, Surat Kabar dll.

- Melihat Siaran Televisi

- Mendengarkan Radio

- Rajin Mendengarkan Ceramah

- Mengamati Keadaan Masyarakat

2. Memilih Materi

- Sesuai dengan acara

- Sesuai alokasi waktu

3. Isi Kandungan Materi

- Data Otentik

- Ilustrasi, kisah nyata, humor dll.

Dalil-dalil tentang Dakwah

“ Kamu sekalian (umat Islam) adalah sebaik-baik umat.yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah kepada yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran : 110)

“ Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik. Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (An Nahl : 125)

“ Dan hendaklah ada satu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah kepada yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)

“Sampaikanlah ajaran-ajaranku walaupun satu ayat” ( Hadits Nabi)

Ikrar Mujahid

Allahu Ghoyatunaa (Allah tujuan kami)

Ar Rasuulu Qudwatunaa ( Rasul teladan kami)

Al Qur’anu Kitaabuna ( Al Qur’an kitab kami)

Al Jihaadu Sabiilunaa (Jihad Jalan Kami)

Asy Syahiid fii Sabilillah ‘Azma Amaaninaa ( Syahid di jalan Allah Cita-cita tertinggi kami)

Sebuah Pesan tuk Mujahid Dakwah

Berdakwah adalah sebuah tugas suci nan mulia yang diemban oleh orang-orang yang dirahmati Allah Swt. Mulai para nabi dan rasul serta para ulama dan mubaligh yang sampai sekarang masih menyerukan tentang kebenaran Islam. Mereka semua dengan tulus dan ikhlas rela mengorbankan harta, jiwa serta tenaga demi kejayaan Islam sebagai agama rahmatan lil Alamin. Mereka tidak peduli walau harus dicaci maki, difitnah, dibenci atau diasingkan oleh orang yang menentang dakwah mereka. Memang begitulah jalan para mujahid dakwah, tapi perjuangan mereka tidak akan sia-sia, karena keridhaan Allah Swt. senantiasa menyertai mereka.
Saat menyelami manis dan pahit jalan dakwah, kita sebagai mubaligh yang beradab pasti punya etika dalam berdakwah terhadap orang-orang di sekitar nya. Mengenai etika dakwah, kita dapat lihat dalam Firman Allah QS. An-Nahl :125 yang berbunyi:
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik”
Nah, dari ayat itu setidaknya kita tahu tiga etika yang harus dipraktekan para mubaligh dalam menjalankan misi dakwah mereka.
Yang pertama, seorang mubaligh harus menunjukan kepribadian yang bijaksana kepada semua orang. Bijaksana artinya antara yang di dakwahkan dengan prilakunya sehari-hari tidak jauh berbeda. Jangan sampai seorang mubaligh menyuruh sholat tapi dirinya sendiri jarang melaksanakan shalat, Nauudzubillah! Kemudian seorang mubaligh yang bijaksana juga mencerminkan budi pekerti yang luhur bagi sesamanya , kehadirannya mampu menjadi sumber kebahagiaan bagi yang lain, dan ketidakhadirannya menjadi sumber kerinduan yang lain. Salah satu langkah untuk menjadi mubaligh yang bijak adalah dengan membudayakan senyum, salam, sapa, sopan dan santun tatkala menghadapi orang lain.
Yang kedua, dalam menasihati orang lain, seorang mubaligh harus bisa menasihati dengan kata-kata yang halus dan tidak menyakiti perasaan atau menghina yang didakwahi. Karena tujuan kita sebagai pendakwah adalah untuk menyadarkan seseorang agar kembali ke jalan yang benar, bukan menjatuhkan atau menghancurkan harga diri objek dakwah. Kita boleh bertindak keras hanya sebagai pembelaan diri manakala dakwah kita dihalangi oleh musuh. Dan ingat bahwa sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.
Yang ketiga, apabila ada orang yang mendebat apa yang kita dakwahkan, maka hadapilah dengan tenang. Jangan sampai emosi kita terpancing sehingga malah menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi seorang mubaligh. Tunjukan bahwa kita adalah para mubaligh terdidik yang dapat mematahkan argument lawan tanpa terbawa emosi atau berlaku anarkis. Hanya dengan pemikiran yang jernih lah dakwah kita dapat diterima oleh orang-orang.
Kawan-kawan mujahid dakwah, sadarkah kalian bahwa di Darul Arqam ini sangat sulit ditemukan seorang santri yang berjiwa dakwah dan berprilaku mubaligh. Kalian bias dengan mudah orang yang jago silat, jago basket, jago dalam hal pelajaran, jago ngegambar atau santri-santri hebat dalam bidang lainnya. Tapi berapa banyakkah diantara mereka yang memiliki semangat dakwah, aa yakin sedikit. Mimbar-mimbar sekarang bersedih karena merasa dirinya menjadi makhluk yang paling ditakuti santri. Kebenaran juga merintih karena dia merasa tidak ada yang mau membawanya ke dalam hati para santri. Tinggal kita yang tersisa, para anggota Korps Mubaligh Remaja yang siap mengibarkan panji-panji dakwah di Ma’had Darul Arqam ini. Mari kita tebarkan bibit-bibit perubahan melalui perilaku kita yang berakhlakul karimah, nasihat-nasihat kita yang menyejukan hati dan menyadarkan jiwa. Insya Allah naungan rahmat Allah Swt. Kan senantiasa menaungi kita dimana pun kita berada.
Kawan-kawan mujahid dakwah, memang mengharap senang dalam berjuang bagai mengharap gemerlapnya bintang di tengah siang. Tapi inilah jalan kita, jalan menuju keridhaan Allah Swt. Jalan kebenaran yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam, dan lubang-lubang yang menganga siap menjebak kita. Jalan yang sunyi hanya sedikit teman menemani. Tapi bersabarlah, karena pertolongan Allah itu sangatlah dekat dan indah, sedangkan azab Allah itu amat keras lagi menghinakan.
Kawan-kawan mujahid dakwah, mungkin hanya ini yang bias kakak-kakak KMR sampaikan. Kami hanya tidak ingin kalian mengalami seperti yang kami rasakan sekarang. Jiwa yang gelap dari cahaya Allah, hati yang gersang dari sejuknya setetes air kebenaran, dan diri yang lalai dari mengingat Allah Swt. Kami berharap mulai dari kalianlah Darul Arqam dapat kembali menemukan cahayanya yang telah lama pudar. Yang telah terkotori oleh pekatnya lumpur duniawi yang membuat jijik setiap orang yang melihatnya.
Kawan-kawan Mujahid dakwah, mintalah perlindungan kepada Allah swt dari rasa putus asa atas jalan yang kan kalian lalui sekarang. Mintalah kepada Allah swt kesabaran dalam mengarungi lautan penuh badai ini. Dan mohonlah pertolongan kepada Allah swt. Dengan sabar dan shalat.
Sekianlah sebuah tulisan yang amat tak berarti, apabila tak dibarengi dengat aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sekianlah untaian-untaian kata yang amat tak bemakna, apabila tidak ditanamkan ke dalam jiwa.

Waspadai Pemikiran Liberal

Belum lama ini, Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan penerbit Dian Rakyat menerbitkan edisi Indonesia sebuah buku berjudul “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin” , karya Farag Fouda (Judul aslinya: al-Haqiqah al-Ghaybah). Selanjutnya judul buku ini disingkat KYH.Dari judulnya, bisa ditebak, buku ini mengangkat apa yang oleh penulisnya disebut sebagai sisi kelam dari sejarah Islam. Jika kaum Muslim menyebut zaman Khulafaurrasyidin sebagai masa yang ideal, maka Fouda meggambarkan sebaliknya. Menurut Fouda, zaman itu bukanlah masa ideal, tapi “zaman biasa”. “Tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Malah, ada banyak jejak memalukan.” (hal.xv).Mungkin karena itulah, kaum liberal di Indonesia sangat bergairah dengan terbitnya buku ini. Pada sampul depan ditulis pujian Prof. Dr. Azyumardi Azra yang dikenalkan sebagai Guru Besar Sejarah dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Terhadap buku ini, Prof. Azra berkomentar:“Karya Farag Fouda ini secara kritis dan berani mengungkapkan realitas sejarah pahit pada masa Islam klasik. Sejarah pahit itu bukan hanya sering tak terkatakan di kalangan kaum Muslim, tapi bahkan dipersepsikan secara sangat idealistik dan romantik. Karya ini dapat menggugah umat Islam untuk melihat sejarah lebih objektif, guna mengambil pelajaran bagi hari ini dan masa depan”.Pada sampul belakang, dimuat komentar Prof. Dr. Syafi`i Maarif yang dikenalkan sebagai Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY). Lebih bergairah dari Profesor Azra, Profesor Syafi’i Maarif terkesan begitu terpesona oleh karya Faouda ini, sehingga dia berkomentar:”Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan ”kacamata” lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam ”kacamata” Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif”.Benarkah buku Fouda ini memang obyektif dan komprehensif, sebagaimana pujian para profesor sejarah di Indonesia itu? Untuk membuktikannya, silakan simak fakta-fakta berikut ini:Farag Fouda adalah seorang doktor Ekonomi Pertanian di Mesir. Dia dikenal sebagai juru bicara yang sangat vokal dari kaum liberal di Mesir. Hidupnya berakhir tragis. Dia ditembak mati pada 8 Juni 1992. Pada 3 Juni 1992, sejumlah ulama al-Azhar membuat pernyataan, bahwa Fouda telah murtad dari agama Islam, karena pendapat-pendapatnya dinilai menghujat Islam. Dalam pengantar buku edisi Indonesia ini, Samsu Rizal Panggabean mencatat, bahwa Ma’mun al-Hudaibi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, membenarkan pembunuhan tersebut. Saat menjadi saksi di pengadilan, Syekh Muhammad al-Ghazali mengatakan, seorang muslim yang telah murtad atau keluar dari agama Islam dapat dibunuh. (hal. xii).Umat Islam memang bisa tersengat imannya dengan opini yang diungkapkan Fouda. Meskipun bukan ahli sejarah Islam, Fouda mengaku “telah membaca sejarah secara tekun, menganalisisnya dengan cermat, mengeceknya dengan teliti” (KYH, hlm. 1). Karenanya, dia berani menuangkan buah pikirannya tentang sejarah yang menurutnya dibingkai dengan “akal sehat” dan menghindari khayalan subyektif yang dapat mendorong terjadinya penambahan atau pengurangan yang melampaui kebenaran sejarah (KYH, hlm. 2). Fouda menegaskan, Kebenaran yang Hilang ditulis “bukan untuk kepentingan propaganda, mengolok-olok ataupun mengejek, tetapi untuk kepentingan kecermatan dan ketelitian dalam mengungkap kebenaran sejarah” (KYH, hal. 2).Itulah klaim Fouda. Tapi, jika ditelaah pada sumber-sumber yang dirujuknya, kenyataannya jauh panggang dari api. Kajian Fouda bukan hanya sering tidak obyektif, tidak komprehensif, dan tidak jujur. Tapi juga lemah dari segi metodologi. Untuk menentukan kekuatan suatu fakta, Fouda merasa cukup dengan hanya mengutip riwayat minor dari salah satu sumber rujukan, tanpa harus meneliti atau membandingkan dengan riwayat-riwayat lain yang dimuat dalam sumber yang sama, apalagi sumber lain.Di sinilah letak kelemahan kajian Fouda yang paling mendasar. Fouda mengutip sumber-sumber sejarah klasik secara sembarangan, sesuai dengan kemauannya. Riwayat-riwayat yang tidak jelas sumbernya, dia kutip sebagai rujukan cerita, dengan menafikan riwayat lain yang jelas dan kuat sumbernya. Cara-cara seperti ini memang biasa digunakan oleh kaum orientalis dalam menulis sejarah Islam. Sayangnya, kaum sekular-liberal, seperti Fouda, juga mengikuti jejak kaum orientalis dalam memberikan citra buruk tentang sejarah Islam.oleh karena itu berhati-hatilah terhadap ideologi-ideologi kaum liberal,yang sekarang banyak bertebaran dimana-mana.karena semua itu hanya akan merusak aqidah kita!!
sent by : Kang Hilmi Dzulfadli

Mujahid Muda

Hai mujahid muda maju ke hadapan
Sibakkan penghalang satukan tujuan
Kibarkan panji islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan

Jangan bimbang ragu tetaplah melaju
Hapus bayang semu di lubuk hatimu
Bergerak ke depan bagai gelombang samudera
Lantakkan tirani runtuhkan angkara murka

Reff:
Majulah wahai mujahid muda
Dalam satu cita tegak keadilan
Singkirkan batas satukan kata
Kebangkitan Islam telah datang

Yah seperti inilah lagu kebangsaan KMR, entah ada angin atau hidayah apa saat kumpul malam, Naufal langsung menulis lagu ini dan bersama-menyanyikan dengan anggota KMR. Walaupun pada dasarnya emang lagu ini bukan ciptaan kami lho, tapi dipopulerkan oleh grup nasyid Izzatul Islam. Tapi gak apa-apalah, Alhamdulilah anak-anak juga interes dengan lagu ini.

KMR: Sebuah Tantangan dan Harapan

Ibarat elang yang dengan gagah menjelajahi angkasa, kumpulan anak-anak manusia bersemangat berlarian dengan lincah. Diiringi rasa penasaran mangsa apa yang kan didapat hari ini, kumpulan anak-anak itu pun penasaran ilmu dan pengalaman apa yang kan didapat hari ini. Menyambut seruan jihad yang dikumandangkan dari sebuah mesjid, dengan mengenakan kaos yang seragam, mereka seakan pasukan perang badar yang menembus terik mentari menghamburkan debu-debu padang pasir.
Merekalah kumpulan santri kelas I dan II serta pembimbingnya kelas IV putra dan putri dari sebuah penjara suci yakni Mahad Darul Arqam Garut. Mereka bergabung menjadi sebuah laskar mujahid yang menjadikan dakwah dan tabligh sebagai jihad mereka.

Udah gak diragukan lagi, KMR merupakan satu-satunya wadah pengembangan bakat dalam bidang tabligh di Ma'had Darul arqam ini. Dan sejak dulu, sesudah banyak orang-orang besar yang lahir dari rahim KMR ini. KMR juga menjadi ladang amal dan jihad bagi orang-orang yang konsisten dengannya. Banyak hal yang bakal didapat di KMR ini, keberanian, keterampilan dan kepercaya dirian yang menjadi modal dasar bagi seorang mubaligh insya Allah akan menjadi milik kalian. Staf-stafnya yang baik dan militan akan memberikan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi kalian. Semangat dan militansi para anggota juga menjadi kenangan yang sangat indah bagi para staf. So, mari kita bersama membentuk sebuah kesatuan yang kokoh di KMR ini yang suatu hari ini akan menyalakan kembali pelita islam yang tengah redup.

Salam
Ketua KMR


Al Iftitah

Bismillahirrahmanirrahiim...
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
In The Name of Allah The Beneficent and The Merciful